Header Ads

"The Lord of Milan" : Mengenal Lebih Dekat Dengan Herbert Kilpin, Sang Pendiri AC Milan

A drawing of Herbert Kilpin between copies of 'il Lord del Milan' at Casa Mlan on the 20th of October 2016 (@acmilan.com)
Herbert Kilpin lahir di Nottingham, Inggris pada tanggal 24 Januari 1870 dan meninggal dunia tanggal 22 Oktober 1916 pada usianya yang ke- 46 tahun. Dia merupakan pemain sepakbola asal Inggris yang memulai karirnya dari kampung halamannya yaitu Nottingham dan bermain untuk klub Nots Olympic, kemudian ia pindah ke Saint Andrews sebelum akhirnya ia berpindah ke Italia pada tahun 1891 dan menjadi salah satu pemain dari Internazionale Torino.
Pada tahun 1898 ia memutuskan pindah ke Milano, di kota tersebut ia bersama rekannya yaitu Alfred Edward mendirikan Milan Cricket and Football Club yang merupakan cikal bakal lahirnya AC Milan. Kilpin menjadi kapten pertama AC Milan dan juga merangkap sebagai pelatih pertama di Milan. Dia bermain selama delapan musim dan memenangi tiga gelar lokal yaitu di tahun 1901, 1906 dan 1907. Ia memutuskan berhenti berkarir di Milan saat pemain non-Italia dilarang bermain di liga saat itu. Saat perang dunia II berkecamuk ia tetap tinggal di Italia, sampai akhirnya ia meninggal di tahun 1916.
Dia kemudian dikremasi di Milan Muncipal Cemetary, pada tahun 1990 ia dikremasi ulang di Monumental Graveyard dan tentunya pihak Milan menyumbang sebuah batu nisan sebagai tanda penghormatan untuk dirinya.
Masa remaja Kilpin adalah masa-masa dimana olahraga sepakbola menjadi olahraga baru yang sedang naik daun dan mempunyai banyak penggemar, termasuk Kilpin muda. Dia adalah seorang pemain sepakbola yang handal, dan pada usianya yang baru menginjak 13 tahun ia sudah menjadi pemain sepakbola di salah satu klub amatir, Garibaldi Nottingham.
Warna merah adalah warna kebesaran klub tersebut. Pada sebuah wawancara di tahun 1915, Kilpin mengungkapkan bahwa warna merah ini selalu dibawanya dalam hati karena sangat mengagumkan dan nantinya dipadu dengan warna hitam, warna kostum yang menjadi tradisi dalam kehidupan sosial di kota Milan. Pada tahun 1891, Kilpin pindah ke Italia, tepatnya di kota Turin untuk bekerja pada Edoardo Bosio, seorang pedagang alat-alat tekstil keturunan Italia-Swiss yang memiliki hubungan bisnis dengan sebuah pabrik tekstil di Nottingham.
Pada tahun yang sama mereka mendirikan Internazionale Torino. Kilpin menjadi pemain dalam tim tersebut dan menjadi orang Inggris pertama dalam sejarah yang pertama bermain di luar negeri. Selama membela Torino, ia ikut dalam dua kali kejuaraan sepakbola Italia, namun kalah dari Genoa dalam dua kali final yang memperebutkan scudetto tersebut.
Pada final kedua kalinya itu, ia ingin sekali membalas kekalahan dari Genoa, dimana itu adalah musim terakhir Kilpin di Torino, ia harus pindah ke Milan karena urusan bisnis dan pekerjaan. Pada final keduanya, dia bersama Torino harus mengalami kekalahan untuk kedua kalinya, pada akhir pertandingan ketika masih berseragam Torino ia menghampiri kapten Genoa kala itu yaitu Edoardo Pasteur dan ia mengatakan “…a Milano formero una squadra di diavoli che vi dara filo da torcere…” yang artinya adalah “…di Milan aku akan membentuk sebuah skuad yang berisi setan-setan yang akan membuatmu menderita…”
Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya simbol setan atau devil dan diavolo pada AC Milan. Pada tahun 1898 ia pindah ke Milan bersama rekannya sesama orang Inggris, Samuel Richard Davies yang kelak menjadi striker Milan. Di Milan ia bekerja sebagai insinyur di sebuah cabang perusahaan industri tekstil dan juga sebagai konsultan di banyak perusahaan di wilayah tersebut.
Pada tanggal 16 Desember 1899, di sebuah ruangan dalam sebuah Hotel du Nord dekat dengan Stazione Centrale sekarang bernama Hotel Principe di Savoia, di Piazza della Repubblica, Kilpin bersama rekan-rekannya yang terdiri dari orang Inggris dan tentunya sejumlah orang Italia (mantan anggota klub Mediolanum) seperti Samuel Richard Davies, Penvhyn Liewellyn, Patrick Neville, Barnet dan beberapa orang lainnya mendirikan Milan Football and Cricket Club. Alfred Edwards saat itu dipilih sebagai Presiden pertama, Edward Nathan Berra menjadi wakil presiden serta mengelola section cricket sekaligus kaptennya, sementara untuk football diserahkan kepada David Allison, namun kemudian semua urusan sepakbola menjadi tanggung jawab Kilpin karena setelah Milan meraih scudetto pertama tahun 1901, Allison pensiun dari sepakbola.
Kilpin diangkat menjadi kapten pertama Rossoneri dan juga sebagai pelatih karena dianggap paling berpengalaman diantara mereka, tapi Hotel Principe di Savoia tempat bertemunya Kilpin dan rekan-rekan untuk mendirikan AC Milan pada tanggal 16 Desember 1899 dan akhirnya Kilpin menyerahkan jabatan kapten kepada David Allison karena merupakan pemain tertua namun hanya untuk beberapa pertandingan awal saja.
Pemilihan warna dan design garis-garis pada seragam itu menjadi buah karya dan warisan Kilpin hingga saat Milan berusia 115 tahun. Warna merah yang selalu ia kagumi sejak masih bermain di Garibaldi Nottingham, sangat cocok dengan impiannya yaitu mendirikan klub yang berisi para “Diaovolo” yang sangat bernuansa merah. Sedangkan warna hitam adalah warna kostum yang menjadi tradisi dalam kehidupan sosial di kota Milan, sangat sesuai dengan simbol “ketakutan” atau “rasa takut” yang dirasakan lawan saat berhadapan dengan Milan.
Inilah ucapan seorang Kilpin dalam menetapkan warna kostum tim. “Saremo una squadra di diavoli, I nostri colori sarrano il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteramo agli avversari,” Adapun arti dari kata-kata tersebut yaitu: “Kami adalah tim yang terdiri dari setan-setan, warna kami merah bagaikan api, dan hitam bagaikan rasa takut yang menyerang lawan-lawan kami,”.
Debut Kilpin bersama Milan (pertandingan pertama Milan sepanjang sejarah) adalah pada saat pertandingan persahabatan menghadapi Mediolanum, satu dari sekian banyak tim sekota Milan saat itu. Sepasang gol dari Allison dan Kilpin menjadi hasil pertandingan tersebut. Sedangkan debut resminya kala ia bermain menghadapi mantan klub yang ia dirikan yaitu Internazionale Torino, dan Milan kalah 0-3 saat itu. Sejak tahun 1902, ia berpindah posisi ke area pertahanan, ketika Milan menjadi juara tahun 1901, Kilpin adalah aktor dibalik kemenangan Milan, ia mencetak gol penentu saat berhadapan dengan Juventus dan menang 3-2.
Di Final Milan berjumpa dengan Genoa, tim yang menjadi musuh bebuyutannya, Kilpin menepati janjinya dahulu kepada kapten Genoa, di pertandingan itu ia mencetak satu gol dan membawa Milan menang 3-0. Lahir sebagai pemain sepabola dengan segala kelebihannya, ternyata seorang Kilpin mempunyai satu kelemahan, yaitu whiskey. Ia minum whiskey di bar, di rumah, selama latihan bahkan ketika pertandingan, sebelum pertandingan dimulai ia selalu menaruh whiskey dibelakang gawang Milan.
Pada tahun 1908 ia memutuskan untuk berhenti bermain dan pensiun dari Milan, selain karena adanya larangan bagi pemain non-Italia bermain di Liga Italia, ia juga kecewa karena pecahnya Milan dengan lahirnya Internazionale. Ia memainkan pertandingan terakhirnya bersama Milan pada tanggal 12 April 1908, seusai pertandingan ia kembali ke ruang ganti dan berbisik dengan lirih “waktuku sudah selesai….. sekarang saatnya untuk memberi jalan kepada yang muda,” Ia pensiun saat berusia 38 tahun.
Saat perang dunia II berkecamuk, ia tetap tinggal di Italia, namun saat dia pensiun ternyata berita mengenai dirinya tidak banyak orang yang tahu, salah satunya adalah ia ternyata sempat menjadi pelatih Enotria sebuah klub sepakbola anak-anak di Milan. Ia tidak bisa hidup jauh dari sepakbola, jauh dari sepakbola justru membuat dirinya semakin depresi dan mendekatkan dirinya kepada whiskey. Ia pernah berujar dibeberapa kesempatan bahwa Milan adalah anak satu-satunya, oleh karena itu ia sering dipanggil dengan sebutan “Il Papa” Kemudian selama bertahun-tahun setelah itu, tidak ada yang mengetahui keadaan dirinya, dia seperti menghilang, ada yang mengatakan ia kembali ke Inggris, ada juga yang bilang ia pindah ke Negara lain, bahkan ada yang bilang ia sudah meninggal.
Selama beberapa dekade, tak ada yang tahu kabar mengenai dirinya, tragisnya keberadaan makamnya pun tidak ada yang mengetahuinya. Barulah pada tahun 90-an, seorang ahli sejarah yang kebetulan juga Milanisti Luigi La Rocca menelusuri dan menemukan makan Kilpin di Milan Municipal Cemetery, makamnya terletak di sektor pemeluk Kristen Protestan. Tidak ada petunjuk nama pada makamnya, kecuali satu fakta yaitu bahwa ia dikremasi tanggal 22 Oktober 1916. Pada tahun 1999, pada peringatan 100 tahun AC Milan, Silvio Berlusconi beserta wakilnya Adriano Galliani mengatur serta membiayai kremasi ulang sang pionir dan menyumbang sebuah batu nisan pada makamnya sebagai tanda penghormatan kepada “Papa” mereka dan memindahkannya ke Monumental Cemetery yaitu sebuah komplek pemakaman yang khusus diperuntukan bagi individu-individu yang telah memberi kejayaan bagi kota Milan.
Herbert Kilpin telah memberikan segenap hidupnya untuk AC Milan seperti yang kita kenal sekarang. Pengorbanan, air mata, malam pengantin, jiwa, raga dan darahnya demi kejayaan tim impiannya ini. Ia tidak meminta kemewahan, penghormatan, fasilitas, uang pensiun pada saat berhenti berkarir. Ia menjauh dari hingar binger dan glamournya kota Milan, bahkan ia meninggal dalam kemiskinan. Kilpin telah menunjukan kepada kita semua tentang cinta yang begitu besar dan tak bersyarat kepada AC Milan.

sumber: www.im1899.com/mengenal-lebih-dekat-dengan-herbert-kilpin-sang-pendiri-ac-milan/

No comments

Powered by Blogger.